Solusi Mengakhiri Siklus Banjir: Apa yang Harus Dilakukan Indonesia untuk Menjaga Hutannya?

Budaya 4 Desember 2025
121 views
siklus banjir

Banjir besar yang melanda Sumatera baru-baru ini menunjukkan bahwa Indonesia masih berada dalam siklus bencana yang berulang. Setiap tahun, hutan mengalami kerusakan, lalu ketika musim hujan tiba, banjir kembali datang. Jika pertanyaan utamanya adalah “Apa yang harus dilakukan Indonesia agar banjir seperti ini tidak terulang?”, maka jawabannya jelas: kita membutuhkan perubahan menyeluruh dari hulu hingga hilir, bukan sekadar menanam pohon.

Berikut langkah strategis yang perlu segera dilakukan:



1. Hentikan Kerusakan Hutan Sebelum Bicara Reboisasi

Indonesia sering melakukan penanaman pohon, tetapi di saat yang sama pembukaan hutan tetap terjadi. Ini ibarat menimba air tanpa menutup bocorannya. Karena itu, langkah pertama adalah menghentikan sumber kerusakannya.

Solusi penting yang harus dilakukan:

  • Memperketat sekaligus mengevaluasi seluruh izin sawit, tambang, dan HTI.
  • Mencabut izin perusahaan yang terbukti merusak hutan atau gambut secara ilegal.
  • Melakukan moratorium total terhadap pembukaan hutan primer.

Tanpa menghentikan kerusakan, reboisasi hanya akan menjadi rutinitas tanpa hasil nyata.



2. Reboisasi Harus Menggunakan Hutan Asli, Bukan Monokultur

Reboisasi tidak akan efektif jika hanya menanam jenis pohon monokultur seperti akasia, eucalyptus, atau sengon. Tanaman ini tumbuh cepat, tetapi tidak mampu menjaga air seperti hutan tropis alami.

Yang perlu dilakukan Indonesia:

  • Fokus menanam kembali pohon lokal seperti meranti, damar, keruing, dan spesies endemik lainnya.
  • Memulihkan ekosistem hutan, bukan sekadar menghijaukan lahan dengan bibit cepat tumbuh.

Reboisasi harus mengembalikan fungsi hutan sebagai penyangga air dan penjaga iklim mikro.



3. Melindungi Hutan Gambut dan Mangrove

Sumatera memiliki banyak kawasan gambut yang berfungsi seperti spons raksasa. Ketika gambut dikeringkan atau dirusak, air hujan tidak lagi terserap sehingga langsung mengalir dan menimbulkan banjir.

Solusi yang harus dilakukan:

  • Menutup kanal-kanal pengering gambut.
  • Mencegah pembakaran hutan dan lahan.
  • Melakukan rehabilitasi terhadap gambut dan mangrove secara berkelanjutan.

Perlindungan gambut adalah kunci utama mengurangi banjir, khususnya di wilayah pesisir dan dataran rendah.



4. Pembenahan Tata Ruang yang Berpihak pada Lingkungan

Banyak banjir terjadi karena pembangunan yang mengabaikan risiko lingkungan. Permukiman berdiri di daerah banjir, lahan resapan hilang, sementara kota dipenuhi beton tanpa ruang hijau.

Yang harus dilakukan pemerintah:

  • Menetapkan zona merah yang tidak boleh dibangun sama sekali.
  • Memastikan lahan resapan air tetap dipertahankan.
  • Melarang izin bangunan di bantaran sungai dan daerah cekungan.

Tata ruang yang baik adalah fondasi utama pencegahan banjir.



5. Memperbaiki Sistem Drainase Kota

Banjir di Sumatera tidak hanya berasal dari hulu, tetapi juga dari kondisi kota yang tidak siap menampung air.

Beberapa masalah yang sering terjadi:

  • Sungai dan drainase tersumbat sampah.
  • Sedimentasi membuat saluran air dangkal.
  • Kota tidak memiliki cukup ruang untuk air mengalir.

Solusinya:

  • Normalisasi drainase secara rutin.
  • Membangun sumur resapan di area pemukiman dan fasilitas publik.
  • Memasang perangkap sampah di sungai.
  • Menindak tegas pembuangan sampah sembarangan.

Kota yang tidak disiplin mengelola air pasti akan banjir.



6. Melibatkan Masyarakat Lokal dan Adat

Masyarakat lokal adalah penjaga hutan terbaik karena mereka hidup berdampingan dengan alam. Memberikan hak kelola kepada masyarakat, bukan hanya perusahaan besar, terbukti efektif mencegah kerusakan.

Langkah yang perlu diperkuat:

  • Perluasan program perhutanan sosial.
  • Memberikan hak kelola yang jelas kepada masyarakat adat.
  • Mendukung ekonomi lokal agar tidak bergantung pada pembukaan hutan.

Jika masyarakat mendapat manfaat dari hutan, mereka akan menjaga keberlanjutannya.



7. Ketegasan terhadap Perusahaan Besar

Banyak bencana terjadi akibat perusahaan perkebunan dan tambang yang tidak menjalankan kewajiban lingkungan.

Solusi yang harus diterapkan:

  • Audit lingkungan wajib setiap tahun.
  • Menutup perusahaan yang terbukti melanggar atau menyebabkan kerusakan.
  • Memberikan insentif bagi perusahaan yang menjaga kelestarian hutan.

Penegakan hukum harus tegas dan konsisten untuk menghentikan kerusakan.



8. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Curah hujan kini jauh lebih ekstrem dibanding dua dekade lalu. Karena itu, Indonesia harus meningkatkan sistem mitigasi dan adaptasi.

Langkah yang dibutuhkan:

  • Membangun early warning system untuk peringatan banjir cepat.
  • Mengembangkan tanggul alami berbasis vegetasi.
  • Menguatkan tebing sungai dan memperbaiki kawasan hulu.

Adaptasi iklim adalah langkah wajib dalam menghadapi cuaca yang semakin tidak menentu.




Mengakhiri siklus banjir bukan hanya tentang menanam pohon, tetapi memperbaiki seluruh sistem pengelolaan hutan, tata ruang, hingga penegakan hukum. Jika semua langkah ini dilakukan secara konsisten, Indonesia bukan hanya mampu mencegah banjir besar seperti yang terjadi di Sumatera, tetapi juga menjaga kekayaan alam untuk generasi mendatang.

Kategori

Artikel Populer