Banjir besar yang melanda Sumatera baru-baru ini menunjukkan bahwa Indonesia masih berada dalam siklus bencana yang berulang. Setiap tahun, hutan mengalami kerusakan, lalu ketika musim hujan tiba, banjir kembali datang. Jika pertanyaan utamanya adalah “Apa yang harus dilakukan Indonesia agar banjir seperti ini tidak terulang?”, maka jawabannya jelas: kita membutuhkan perubahan menyeluruh dari hulu hingga hilir, bukan sekadar menanam pohon.
Berikut langkah strategis yang perlu segera dilakukan:
Indonesia sering melakukan penanaman pohon, tetapi di saat yang sama pembukaan hutan tetap terjadi. Ini ibarat menimba air tanpa menutup bocorannya. Karena itu, langkah pertama adalah menghentikan sumber kerusakannya.
Solusi penting yang harus dilakukan:
Tanpa menghentikan kerusakan, reboisasi hanya akan menjadi rutinitas tanpa hasil nyata.
Reboisasi tidak akan efektif jika hanya menanam jenis pohon monokultur seperti akasia, eucalyptus, atau sengon. Tanaman ini tumbuh cepat, tetapi tidak mampu menjaga air seperti hutan tropis alami.
Yang perlu dilakukan Indonesia:
Reboisasi harus mengembalikan fungsi hutan sebagai penyangga air dan penjaga iklim mikro.
Sumatera memiliki banyak kawasan gambut yang berfungsi seperti spons raksasa. Ketika gambut dikeringkan atau dirusak, air hujan tidak lagi terserap sehingga langsung mengalir dan menimbulkan banjir.
Solusi yang harus dilakukan:
Perlindungan gambut adalah kunci utama mengurangi banjir, khususnya di wilayah pesisir dan dataran rendah.
Banyak banjir terjadi karena pembangunan yang mengabaikan risiko lingkungan. Permukiman berdiri di daerah banjir, lahan resapan hilang, sementara kota dipenuhi beton tanpa ruang hijau.
Yang harus dilakukan pemerintah:
Tata ruang yang baik adalah fondasi utama pencegahan banjir.
Banjir di Sumatera tidak hanya berasal dari hulu, tetapi juga dari kondisi kota yang tidak siap menampung air.
Beberapa masalah yang sering terjadi:
Solusinya:
Kota yang tidak disiplin mengelola air pasti akan banjir.
Masyarakat lokal adalah penjaga hutan terbaik karena mereka hidup berdampingan dengan alam. Memberikan hak kelola kepada masyarakat, bukan hanya perusahaan besar, terbukti efektif mencegah kerusakan.
Langkah yang perlu diperkuat:
Jika masyarakat mendapat manfaat dari hutan, mereka akan menjaga keberlanjutannya.
Banyak bencana terjadi akibat perusahaan perkebunan dan tambang yang tidak menjalankan kewajiban lingkungan.
Solusi yang harus diterapkan:
Penegakan hukum harus tegas dan konsisten untuk menghentikan kerusakan.
Curah hujan kini jauh lebih ekstrem dibanding dua dekade lalu. Karena itu, Indonesia harus meningkatkan sistem mitigasi dan adaptasi.
Langkah yang dibutuhkan:
Adaptasi iklim adalah langkah wajib dalam menghadapi cuaca yang semakin tidak menentu.
Mengakhiri siklus banjir bukan hanya tentang menanam pohon, tetapi memperbaiki seluruh sistem pengelolaan hutan, tata ruang, hingga penegakan hukum. Jika semua langkah ini dilakukan secara konsisten, Indonesia bukan hanya mampu mencegah banjir besar seperti yang terjadi di Sumatera, tetapi juga menjaga kekayaan alam untuk generasi mendatang.
8 September 2025
Di era digital seperti sekarang, kemampuan anak dalam memahami teknologi menjadi...
17 Desember 2024
Di era digital ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupa...
20 Desember 2024
Belajar komputer sering kali dianggap membosankan oleh anak-anak. Namun, dengan...
28 Oktober 2024
Dunia teknologi terus berkembang, begitu juga dengan bahasa pemrograman. Setiap...
9 Juni 2025
Perkembangan teknologi membuat cara kita bekerja ikut berubah. Kini, banyak peke...